Anda Bisa Masuk Neraka Karena Celana, Kok Bisa?

Bismillah, saya niatkan menulis ini dengan ikhlas dan tidak men-judge siapapun kecuali dari judulnya, hehe. Baca dulu dengan lengkap sebelum berkomentar ya…

Sebenarnya bukan hanya Anda, tapi saya, saudara, tetangga, siapapun yang sudah baligh bisa masuk neraka karena celana. Ya, celana! Suatu pakaian yang kita dan semua orang di dunia kenakan setiap hari. Bagaimana bisa? Coba selesaikan dulu membacanya.

Kita semua tahu dan hafal betul dengan Surat Ad-dhuha (wadhuhaa wallaili idzaa sajaa…), coba periksa lagi terutama di ayat ke empat barangkali saya salah. Disana disebutkan yang artinya, “Dan akhirat lebih baik daripada dunia”.

masuk neraka hanya karena celana, masuk neraka sebab celana, celana penyebab neraka,

Dunia, tempat kita hidup dan berpijak sekarang dengan penuh keanekaragaman serta kecanggihan teknologi ternyata masih lebih buruk daripada akhirat. Semua muslim dan muslimah insya Allah meyakini, bahwa setiap orang akan menuju kesana.

Oleh karenanya, tentu saja kita lebih mengutamakan akhirat sebagai tujuan akhir. Dalam perjalanan mencari bekal inilah Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan dua pegangan, Alquran dan Sunnah, agar tidak tersesat. Jadi, mohon tulisan ini dicerna dengan hati dan pikiran jernih hanya mengharap ridho Allah semata. Jika ada dalil yang kuat maka kita laksanakan.

Kembali ke pembahasan celana, kenapa bisa menjadi sebab seseorang baik wanita maupun laki-laki masuk neraka. Ada dua hal yang sepertinya kita kurang perhatian. Terutama bagi seorang pria yang setiap hari hampir mengenakan celana sebagai pakaiannya.

Klik halaman 2

Ini sebabnya celana bisa jadi lantaran seseorang masuk neraka:

Isbal

Penyebab pertama ini paling banyak dilakukan dan sering kita meremehkan. Pada poin pertama ini dikhususkan untuk para lelaki saja, tidak termasuk wanita. Isbal.

Isbal itu apa?

Isbal dalam bahasa arab artinya menurunkan atau memanjangkan. Secara istilah, isbal berarti menjulurkan atau mengenakan pakaian hingga di bawah mata kaki baik karena sombong maupun tidak sombong. Artinya apapun pakaian yang dikenakan, jika melewati mata kaki maka itu tidak boleh. Termasuk celana dan sarung.

Sebagai seorang muslim, tentu harus mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap gerak gerik kita. Nah, perilaku cara berpakain nabi juga tidak pernah isbal. Sebagaimana terdapat dalam hadits berikut:

Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang otot betisku lalu bersabda, “Ini merupakan batas bawah kain sarung. Jika engkau enggan maka boleh lebih bawah lagi. Jika engkau masih enggan juga, maka tidak ada hak bagi sarung pada mata kaki” [HR Tirmidzi 1783, Ibnu Majah 3572, Ahmad 5/382, Ibnu Hibban 1447]

Lihat, Rasulullah saja melakukan bahkan memerintahkan para sahabatnya memakai pakaian diatas mata kaki. Tidak boleh melebihi mata kaki. Jadi mau ikut siapa kita jika tidak mengikuti perintah Nabi?

Belum lagi dengan ancaman keras ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” [HR. Bukhari no. 5787]

masuk neraka hanya karena celana, masuk neraka sebab celana, celana penyebab neraka,

» Larangan Isbal Hanya Untuk Orang Sombong?

Begitu banyak dalil tentang isbal, tapi masih banyak juga yang berusaha mencari pembenaran dengan mengeluarkan hadits-hadits “pembenarannya”. Termasuk dalam hadits ini:

“Keadaan sarung seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata kaki maka bagiannya di neraka. Barangsiapa yang menarik pakaiannya karena sombong maka Alloh tidak akan melihatnya”. [Hadits Riwayat. Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573, Ahmad 3/5, Malik]

Juga hadits ini:

“Barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” [Hadits Riwayat Bukhari 5783, Muslim 2085]

Mungkin sebagian Anda juga berdalih dengan ini bahwa yang termasuk dilarang kan hanya yang sombong saja? berarti kalau kita tidak sombong boleh-boleh saja. Jadi seolah-olah hadits-hadits tersebut saling bertentangan, dan itu tidak mungkin.

Padahal, para ulama telah menjelaskan akan hal itu. Coba deh cermati lagi hadits lain yang ini:

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya lewat di hadapan Rasulullah sedangkan sarungku terurai, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegurku seraya berkata, “Wahai Abdullah, tinggikan sarungmu!” Aku pun meninggikannya. Beliau bersabda lagi, “Tinggikan lagi!” Aku pun meninggikannya lagi, maka semenjak itu aku senantiasa menjaga sarungku pada batas itu. Ada beberapa orang bertanya, “Seberapa tingginya?” “Sampai setengah betis.”[Hadits Riwayat Muslim 2086. Ahmad 2/33]

Abdullah dalam hadits diatas adalah nama asli dari Abu Bakar as-Siddiq. Lihat pengalaman sahabat Nabi paling mulia ini, Abu Bakar tidak sengaja sarungnya isbal sehingga ditegur oleh Rasulullah. Bayangkan, jika sahabat nabi termulia ini saja ditegur maka bagaimana dengan kita? Apalagi kita tahu, tidak mungkin ada rasa sombong sedikitpun dari seorang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

» Isbal Hanya Dilarang Saat Sholat?

Dalil ini juga menjadi tameng bagi siapapun yang mencari celah pembenaran.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang yang shalat dalam keadaan isbal -celananya menjulur di bawah mata kaki-. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata padanya, “Pergilah dan kembalilah berwudhu.” Lalu ia pergi dan berwudhu kemudian ia datang kembali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih berkata, “Pergilah dan kembalilah berwudhu.” Kemudian ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau memerintahkan padanya untuk berwudhu, lantas engkau diam darinya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Ia shalat dalam keadaan isbal -menjulurkan celana di bawah mata kaki-, padahal Allah tidak menerima shalat dari orang yang isbal.” [HR. Abu Daud no. 4086]

Mari berpikir sebaliknya, dalam sholat saja tidak boleh isbal, apalagi diluar sholat? Tentu saja ini bukan logika, tapi berdasarkan hadits umum yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Artinya, ancaman keras ini berlaku untuk umum, baik sholat maupun tidak sholat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.”[HR. Bukhari no. 5787]

Dalam hadits Rasul yang menegur Abu Bakar yang tidak sengaja isbal juga bukan dalam keadaan sholat. Sehingga tidak ada alasan untuk menjulurkan celana diluar sholat karena sama saja.

Yang terpenting bagi kita, jangan mencari celah pembenaran jika belum bisa melaksanakan sunnah nabi. Tapi berusaha untuk melakukannya sembari mempelajari lebih dalam lagi mengenai suatu hal, termasuk tentang isbal. Sebelum mencibir orang lain yang isbal, lebih baik bertanya pada diri sendiri. Apa yang menghalangi saya untuk tidak isbal? bukankah itu mudah?

Penyebab masuk neraka karena celana yang selanjutnya, klik halaman 3

Ini penyebab kedua celana bisa jadi lantaran masuk neraka:

Ketat dan Nerawang

Seorang muslim tidak akan berpakaian kecuali yang syar’i atau sesuai tuntunan syariat. Termasuk dalam memakai celana. Nah, bagaimana pakaian yang sesuai aturan agama itu? salah satunya tidak ketat dan nerawang sehingga bisa memperlihatkan bentuk tubuhnya.

Celana yang nerawang dan ketat bisa menyebabkan sholatnya tidak sah, sebab salah satu syarat sah sholat adalah menutup aurat. Sehingga jika sholat kita tidak sah karena celana yang kita pakai nerawang dan ketat berarti kita berdosa. Bagaimana andai hal itu terjadi berulang-ulang? :sedih:

masuk neraka hanya karena celana, masuk neraka sebab celana, celana penyebab neraka,

Sementara, amal yang akan dihisab pertama kali diakhirat adalah sholat. Tidak hanya dalam sholat saja, diluar sholat pun juga harus dijaga aurat. Bagi laki-laki auratnya dari bawah pusar hingga lutut, dan seluruh tubuh bagi wanita.

Batasan celana disebut ketat atau tidak itu berdasarkan hadits berikut:

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada istriku. Suatu kala Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menanyakanku: ‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’. Kujawab: ‘Baju tersebut kupakaikan pada istriku wahai Rasulullah’. Beliau berkata: ‘Suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya” [HR. Dhiya Al Maqdisi]

Artinya jika celana tersebut membentuk tubuh maka itu disebut ketat. Tidak laki-laki tidak pula wanita, mari kita berpakaian yang sewajarnya saja. Jangan dibikin pusing, lebih baik berhati-hati daripada terjerembab ke dalam api neraka yang sangat pedih.

Demikian beberapa hal mengenai celana yang bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam neraka. Jadi, mulai sekarang setidaknya kita harus lebih hati-hati dalam berpakaian. Tampil apa adanya dengan sesuai agama insya Allah akan menjadikan kita semakin mulia disisi Allah ‘azza wa jalla.

Mohon dikoreksi jika ada kekurangan dan kesalahan. Semoga kita termasuk orang-orang yang menjadi sebab kebaikan bagi orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.